Aku sedih
sedih aku hari ini, sangat....
Tuhan aku sedih
Hanya pada-Mu aku mengeluh Tuhan
Hanya padamu
Senin, 28 November 2011
Kamis, 24 November 2011
Sayang
Dalam detikku aku selalu termenung
Akankah kita menjadi tahmid yang terucap ???
Akankah engkau menjadi ibadahku
Tentu...
Tak ada yang perlu kita sesali
Hanya saja aku belum bisa menengadahkan wajahku
Kalau saja engkau tahu
Dalam setiap doa di setiap malamku
Namamu selalu teriring penuh kasih
Aku bertelut
Sayang...
Engkau bukan yang haram bagiku
Engkau bukan orbitase kehidupan yang lumrah terjadi
Tapi engkaulah indah dalam pagiku
Engkaulah harum dalam siangku
Bahkan engkaulah segar dalam malamku
Berkali-kali aku mematung
Merasakan keraguanmu yang begitu kelam
Adakah yang tlah mengganti aku ?
Sudahkah engkau jenuh akan stagnasimu ?
Edelwiss-ku
Pagi, saat kubuka mata dan melihat indahnya dunia pada hari yang cerah ini. Aku mendengar suara tangisan dari sebuah bunga edelwiss kecil begitu mempesona. Pejamkan mata untuk lebih merasakan tangisan itu. Dia butuh air kasih sayang dari sang pemilik air, dia butuh perlindungan dari sang pemilik jagad raya....
“Oh edelwiss malangnya nasibmu kali ini yang benar-benar ditampar oleh sebercik air kegelapan” kataku dalam hati....
Buka mata hati untuk lebih bisa merasakan sakit yang dialami oleh edelwiss. Ketika dedaunan masih menutup mata untuk sang mentari, ketika embun juga belum melepaskan diri dari pelukan sang daun....
Mereka menghakimi edelwiss, mereka menmbuat edelwiss selalu mengeluarkan air mata tanda kematian hatinya, hatinya tercabik-cabik oleh nafsu semata manusia. Dia menatap langit mendung yang menjadi saksi bisu kekejaman manusia....
“Oh langit salahkah aku kalau aku mendapat sebuah senyuman dari dunia” ratapnya pada sang langit....
Edelwiss, bunga keabadian yang selau mengeluarkan air mata kematiannya setiap hari. Merintih kesakitan, karna sedih selalu mencekik tangkainya yang mungil dan sangat rapuh....
Terombang-ambing di gunung yang sangat dingin, diterpa angin kejahatan, diguyur hujan kesedihan, kadang kala juga didatangi badai kegagalan tapi ia tetap berusaha berada dalam tanah, mempertahankan akarnya untuk tidak sampai lepas dari tanah karna edelwiss masih mempunyai senyum kebahagian sang matahari yang selalu terbit setelah hari gelapnya....
Sungguh tak kuasa aku mendengar ratapan edelwiss.... Edelwiss, aku yakin kau masih punyai keyakinan bahwa Sang Maha Pencipta selalu mengawasimu, dan DIA kelak kan membawamu pergi bersama musim yang sebentar lagi kan berganti..
Oh edelwiss, bunga keabadian....
6 Maret 2011
Selasa, 22 November 2011
Untuk Allah
Aku bersyukur atas hidup yang Engkau anugrahkan Ya Allah. Kehidupan keluarga yang tidak kekurangan
Walau sekarang aku dapat zonk (
Langganan:
Postingan (Atom)